Sabtu, 17 Maret 2012

BUDIDAYA KANGKUNG


 BUDIDAYA KANGKUNG

Kangkung adalah sayuran yang dianggap sepele, hingga tidak pernah menarik perhatian para calon petani (investor). Padahal harga kangkung relatif stabil, dengan pasar yang cukup luas. Konsumen kangkung terdiri dari masyarakat lapis bawah, sampai ke kalangan elite. Kangkung dijual di tukang sayuran keliling, sampai ke pasar swalayan. Sayuran ini disajikan di warung tegal (warteg), sampai ke restoran berbintang. Namun kangkung tergolong jenis sayuran yang sangat terbatas variasi masakannya. Yang paling populer adalah menu cah kangkung, atau oseng-oseng kangkung.
Dengan pasar yang demikian luas dan harga relatif stabil, sayuran ini sebenarnya aman untuk dibudidayakan, karena resikonya tidak terlalu besar. Hanya saja, budidaya kangkung memerlukan pengaturan yang cermat. Terutama kangkung darat (kangkung cabut). Sebab kita tidak mungkin menanam kangkung seluas satu hektar secara bersamaan, untuk dipanen sekaligus. Kalau hal ini kita lakukan, maka pasar akan kelebihan pasokan hingga harga jatuh. Kangkung air pun, tidak pernah dipanen secara bersamaan, karena faktor daya serap pasar.
Biasanya dalam luasan tertentu, panen panen kangkung air selalu dilakukan bertahap sepetak demi sepetak, sesuai dengan kapasitas pasar. Kalau areal lahan kangkung air ini cukup luas, selalu diatur agar setelah seluruh hamparan selesai dipanen secara bertahap, petak yang dipanen pertama sudah kembali bisa dipanen lagi. Sebab prinsip budidaya kangkung adalah, pasar hanya memerlukan komoditas ini dalam volume yang terbatas dan tetap setiap hari. Kalau suplai kurang, harga akan naik. Kalau suplai lebih, harga akan turun. Kalau kelebihan suplai luarbiasa, maka harga akan jatuh.
# # #
Sebenarnya hukum pasar ini, berlaku untuk semua komoditas. Hanya, pada komoditas yang dipasarkan segar, kelebihan dan kekurangan suplai akan langsung berdampak ke kenaikan atau penurunan harga secara signifikan, yang mengakibatkan keuntungan atau kerugian pedagang pengecer. Sebab patani, biasanya akan menerima pembayaran cash dari pedagang pengumpul. Pedagang pengecer, akan langsung menderita kerugian, kalau dia juga membayar cash atau kredit ke pedagang pengumpul. Kalau dia membayar dengan sistem konsinyasi, maka kerugian akan ditanggung oleh pemasok.
Kangkung, disebut sebagai water spinach, swamp cabbage, water convolvulus, water morning-glory (Ipomoea aquatica). Meskipun habitat aslinya tidak diketahui, diperkirakan kangkung merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Ada dua varietas kangkung. Pertama varietas kangkung darat, yang berbatang dan bertangkai daun hijau, serta berbunga putih. Varietas kangkung ini biasa dibudidayakan di lahan kering. Karenanya, kangkung putih ini juga sering disebut sebagai kangkung darat. Memanen kangkung darat, selalu dengan cara dicabut. Karenanya, kangkung jenis ini juga disebut sebagai kangkung cabut.
Budidaya kangkung darat, mirip dengan budidaya bayam cabut, yakni dengan menebar benih berupa biji, dan memanennya sekaligus. Setelah itu harus kembali menebar benih lagi. Kangkung darat tidak bisa dipanen dengan memotong pucuknya, sebab tunas berikunya akan mengecil dan alot. Varietas kedua adalah kangkung berbatang dan bertangkai daun ungu kehijauan. Kangkung varietas ini berbunga ungu dan lazim dibudidayakan di air, tanah berlumpur dan sawah. Karena budidayanya di lahan berair, kangkung jenis ini disebut sebagai kangkung air.
Kangkung ungu ini juga bisa menghasilkan biji, namun budidayanya cukup dengan setek batang. Kangkung ungu dipanen dengan cara dipotong pucuknya, hingga kadangkala kangkung jenis ini juga disebut sebagai kangkung potong. Sebutan ini digunakan untuk membedakannya dengan kangkung cabut/kangkung darat. Kalau kangkung darat harus selalu ditanam ulang setelah dipanen, maka kangkung air cukup ditanam sekali dan bisa dipanen seterusnya. Karena cara budidayanya berbeda, maka harga kangkung darat dan kangkung air juga berlainan.
# # #
Budidaya kangkung darat memerlukan biaya lebih tinggi, karena dari satu kali penanaman, hanya akan dihasilkan panen satu kali pula. Jangka waktu panen kangkung darat juga lebih panjang 2 minggu dibanding kangkung air.  Kalau kangkung air bisa dipanen 1 bulan setalah tanam, maka kakung darat baru 1,5 bulan setelah tanam. Hingga harga kangkung darat juga selalu lebih tinggi dibanding kangkung air. Setelah dipanen dengan cara dicabut, lahan untuk kangkung darat harus kembali diolah dan dipupuk, agar bisa ditanami kembali.
Pada budidaya kangkung air, panen dilakukan dengan pemotongan pucuk, yang dilakukan dengan sabit atau pisau yang tajam. Setelah petak kangkung dipanen, lahan segera dipupuk, sambil disiangi. Beberapa hari  kemudian tanaman akan kembali bertunas, hingga bisa dipanen setelah selang seminggu sampai 10 hari kemudian. Di pasaran, kangkung darat dan kangkung air, bisa mudah sekali dibedakan. Perbedaan paling mencolok adalah, ikatan kangkung darat selalu masih ada akarnya. Sementara kangkung air, hanya ada bekas potongan.
Batang dan tangkai daun kangkung darat berwarna hijau muda cerah, sedangkan batang, dan tangkai kangkung air berwarna cokelat keunguan. Tahun 1980an, kangkung darat hanya biasa dipasarkan di pasar swalayan. Ketika itu populer pula kangkung hidroponik, yang harganya sepuluh kali lipat kangkung air. Sekarang kangkung sudah biasa dipasarkan di tukang sayur keliling untuk konsumsi rumahtangga. Konsumen kangkung air, saat ini justru terbatas hanya restoran, asrama dan lain-lain yang memerlukan produk massal dengan harga murah.
Sebanarnya, kangkung putih juga bisa dibudidayakan di air (sebagai kangkung air) dengan benih stek. Bukan biji. Sebaliknya kangkung ungu juga bisa dibudidayakan di darat sebagai kangkung darat, dengan benih biji. Di Thailand, kangkung darat sudah biasa dibudidayakan di air, dan dipanen dengan cara memotong pucuknya. Karena dibudidayakan di air dengan perawatan dan pemupukan intensif, maka kangkung putih ini tumbuh dengan batang yang gemuk, renyah dan tidak menumbuhkan daun. Hingga praktis yang dikonsumsi hanya batang kangkung yang gemuk dan renyah itu.
# # #
Di Thailand, kangkung putih ini juga dibudidayakan di darat seperti halnya di Indonesia, namun yang lebih populer justru kangkung putih yang dibudidayakan di air. Calon petani yang belum berpengalaman, biasanya membudidayakan kangkung, terutama kangkung darat, sekaligus dalam hamparan luas. Panennya, juga akan terjadi sekaligus, hingga sulit memasarkannya. Sebab kangkung hanya diperlukan dalam kondisi segar, dengan volume yang terbatas. Hingga budidayanya pun juga harus disesuaikan dengan volume yang bisa diserap pasar, seperti halnya sayuran jenis lain.
Misalnya, kalau daya serap pasar hanya 1 kuintal kangkung segar per hari, maka harus diupayakan penanaman dengan hasil panen satu kuintal per hari. Kalau tiap hektar lahan bisa menghasilkan panen 20 ton per 1,5 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan pasar satu kuintal per hari, cukup diperlukan lahan 0,5 hektar, yang dipetak-petak menjadi 50 petak @ 100 m2 dengan ukuran 10 X 10 m, 20 X 5 m, atau 25 X 4 m. Dengan petakan lahan ini, penanaman (penebaran benih) dilakukan tiap hari, selang dua hari atau tiga hari sekali.
Penebaran tiga hari sekali, masih memungkinkan panen tiap hari, dengan panjang batang kangkung hasil panen pertama, tidak terlalu berbeda dengan panen kedua dan ketiga. Tetapi, dengan peebaran benih seminggu sekali, perbedaan antara hasil panen hari pertama dengan hari ke tujuh dari petak yang sama, akan tampak sangat mencolok. Bisa pula, panen hari ke tujuh akan menghasilkan kangkung dengan batang yang alot. Penanaman kangkung darat secara terus-menerus pada petak lahan yang sama, akan mengakibatkan degradasi lahan.
Untuk mengatasi degradasi lahan, petani selalu menggilir beberapa komoditas pada petakan yang sama. Misalnya, sehabis kangkung ditanami jagung, atau kacang-kacangan. Pupuk organik diperlukan dalam volume cukup besar, untuk membuat tekstur batang kangkung menjadi renyah. Meskipun pupuk sudah diberikan, urea juga tetap diperlukan dalam dosis tinggi, sebab kalau hanya mengandalkan pupuk organik, volume panen akan rendah. Selain itu, kangkung darat  juga tetap memerlukan air dalam jumlah cukup. Kalau air kurang, pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan tingkat kerenyahan batang juga berkurang

3 komentar: